Monday, September 20, 2010

Perjalanan Ke Dua Tanah Suci (2)

Namun tiba-tiba kami mendapatkan kabar dari Acik yang membuat perasaanku campur aduk. “Kita gak jadi berangkat tahun ini. Karena kuota untuk NAD dikurangi, nomor seat kita sekeluarga tidak masuk dalam daftar keberangkatan.”, jelas Acik pada suatu kesempatan. Rasa kecewa menelusup halus ke dalam hatiku. Mengapa tidak jadi?, batinku. Aku sangat berharap bisa berangkat tahun ini. Setetes air jatuh, lalu menganak.
.......................................................................................................

Merenung. Penghujung malam. Keheningan suasana yang hanya bisa didapatkan saat sebagian manusia terlelap dalam tidurnya, menyisakan desahan nafas yang naik-turun teratur. Sangat menggoda untuk meletakkan badan di atas tempat tidur yang empuk, bukan? Namun, justru di waktu seperti ini, inspirasi sering aku dapatkan. Ide brilian, kejernihan berpikir, dan jalan keluar dari suatu masalah. Karena bisa langsung bertanya, mengadu, kepada Sang Pemilik Kebijaksanaan. Sehingga aku siap menyambut pagi dengan senyuman terindah. “Mengisi ulang energi” istilahku.

Hmmm... pasti semua ini ada hikmahnya. Namun sepertinya Dia belum berkehendak menyingkap tirai yang menutupinya. “Hikmah itu milik muslim yang hilang. Oleh karena itu, ambil/kutiplah dimanapun kamu menemukannya.” (lupa sumbernya). Apapun itu, pastilah yang terbaik untukku. “Saat Allah menunda sesuatu pemberian-Nya untukmu, anggaplah itu sebagai kesempatan untuk menyempurnakan ikhtiar dan keikhlasan. Niscaya kelapangan dan ketenangan jiwa akan engkau dapatkan.” Sebuah bisikan lembut terdengar. Oossh...! Baiklah. I got it!

“1 tahun ini harus digunakan untuk belajar lebih banyak lagi. Apapun itu, manasik kah, tulis-menulis kah, dll. Ah ya.., amanah di PEMAF juga belum selesai, manasik juga banyak bolosnya karna jadwal kuliah yang bejibun. Aha! Ini dia! Banyak urusan yang belum diselesaikan. Mungkinkah itu hikmahnya??”, tanyaku pada diri sendiri.

(Juni 2008)

Yak! Ini waktu dimana terlihat banyak asap di sekitar Unsyiah. Hah?! Ada apa?! Dimana kebakaran??? Oh..tenang...tenang.. cuma ada orang yang lagi bakar sampah kok....... Gak ding! “Asap” itu berasal dari kepala mahasiswa yang mesti bertempur menghadapi ujian semester genap. *lol* (ups, gak boleh ketawa gede-gede). Selamat berjuang teman-teman mahasiwa. SKS (Sistem Kebut Semalam) udah bisa diganti dengan SMS (Sistem Membaca Seminggu) dan gak usah bikin resep karena kita bukan mau masak (hoho.. :p). Semangaaat! p^0^q

(Akhir Juli-Agustus 2008)

Liburan semester tiba. Yihaaa! (eits, kalem..kalem..). Mau ngapain ya? Ambil semester pendek aja kali ya untuk habiskan liburan 1 bulan ini? Oya, proker (program kerja-red.) KESMA (bidang di PEMAF, aku wakilnya) bulan Agustus ini kan Tabligh Akbar untuk peringati Isra’ Mi’raj. “Mesti bikin rapat nih..”, kataku pada diri sendiri. Handphone berbunyi. “Mama” tertera pada layar hp.

“Assalamu’alaikum Ma..”, jawabku.

“Wa’alaikumsalam.. Bagus ya... udah seminggu nggak ada telpon orang tua. Udah lupa sama Mama ya?”, kata Mama.

“Hehe... maaf Ma.. udah niat mau nelpon kok. Masa’ lupa sama Mama sendiri? Nggak mungkin lah.”, jelasku. “Ayah sama Ari (adikku satu-satunya) sehat kan?”, sambungku.

“He-eh alasan. Alhamdulillah semua sehat. Kapan pulang ke Lhok? Udah libur kan? Ujian gimana?”, tanya Mama.

“Belum tau Ma. Soalnya di sini ada kegiatan PEMAF yang mau dibuat. Rencana Adek juga mau ambil SP. Kan lumayan, liburan jadi bermanfaat. Alhamdulillah ujian lancar-lancar aja. Tapi gak tau hasilnya, hehe..”, jawabku.

“Jeeehh.. masa’ liburan 1 bulan cuma untuk organisasi sama kuliah. Waktu untuk keluarga mana? Kita udah rindu kali sama dia. Gak boleh. Besok Adek pulang terus kemari. Mama gak ijin.”, jelas Mama.

Nah, mulai deh merajuknya. “Ma, Adek ‘kan punya amanah yang harus diselesaikan. Kalau Adek liburan gitu aja namanya kan gak bertanggung jawab. Lagipula Adek wakil ketua. Gimanapun Adek harus arahkan mereka supaya program tetap berjalan. Mama nggak mau kan Adek jadi orang yang gak bertanggung jawab? Ya udah, SP gak jadi ambil supaya Adek tetap bisa pulang. Gimana? Kasih ijin ya Ma..”, bujukku.

“Oh ya, Mama lupa bilang. Adek harus segera pulang. Mama mau ajak Adek ke Penang. Temenin Mama check up tulang pinggang. Ayah kan gak bisa sering cuti. Sekalian Adek check up juga. Mau berangkat haji harus cek kesehatan kan, walau gak jadi berangkat tahun ini, periksa lebih awal kan gak ada ruginya. Paspor urus terus di sana ya..” jawab Mama. Hatiku bertarung. Hah? Proker kiban? Perintah orang tua nih.. Birrul walidain, Ela..

“Ya udah.. Nanti Adek bicarakan sama pengurus yang lain. Moga mereka mau ngerti. Tapi kenapa tiba-tiba, Mamaku..?”, tanyaku lemah.

“Kapan lagi sempat kalau bukan waktu Adek liburan? Hari lain sibuk kuliah. Anak Mama tinggal 2 orang (kakakku sudah meninggal), Dek Ari masih kecil. Siapa lain yang bisa Mama minta temenin?”, jawab Mama. Ini dia, Mama mengeluarkan jurus ampuhnya. Tau aja kalau udah bilang gitu, aku tidak punya pilihan. Ya sudahlah, semoga berkah karena mematuhi ortu tercinta.
......................................................................................................................

PEMAF-MIPA singkatan dari Pemerintah Mahasiswa Fakultas MIPA, tempat dimana aku diberi amanah sekaligus pengembangan kualitas diri. Bidang yang aku urusi sebagai wakil bidang adalah KESMA (Kesejahteraan Mahasiswa). Markas PEMAF berpindah ke bagian utara kampus MIPA setelah pergantian kepengurusan dari BEM ‘07 ke PEMAF ‘08. See, namanya juga ikut diganti. Sepatutnya disyukuri, karena markas PEMAF yang kami tempati sekarang lebih luas dan nyaman, dekat dengan parkiran, dan ada jalan tikusnya (hanya pengurus yang mengerti :] ).

“Untuk proker bulan ini, gimana kesiapan dari bidang-bidang yang bersangkutan?”, tanya sekum (sekretaris umum-red.) PEMAF kepada anggota rapat. “Mulai dari bidang KESMA, bagaimana?”, sambungnya.

“Proker bulan ini dari bidang PEMAF, Tabligh Akbar dalam rangka memperingati Isra’ Mi’raj. Konsep sudah selesai. Panitia juga sudah dibentuk. Tinggal realisasinya saja.”, jelasku.

“Tolong ditulis rencana keseluruhan di papan, biar yang lain bisa tau dan bisa kritisi kalau ada kekurangan.”, sekum mengarahkan.

Aku meminta Dina, salah satu anggota KESMA menulis rencana yang sudah disusun, hasil rapat dengan kabid (ketua bidang-red.) dan anggota bidang KESMA.
“Sambil menunggu Dina menulis, ada yang ingin Ela sampaikan. Insya Allah minggu depan, Ela mau pergi ke Penang dalam rangka check up kesehatan sekalian temenin orang tua La check up juga. Jadi, mengenai proker ini, mohon kerja sama semua pihak dalam menyukseskannya selama La gak berada di Aceh. Kabid juga lagi gak ada di sini waktu acara dilaksanakan, so, anggota KESMA untuk sementara gak punya induknya, hehe... . Bimbinglah mereka dalam proses realisasi proker ini.”, jelasku panjang lebar.

“Eeh... kok tiba-tiba La?”, Gubernur PEMAF, Bang Ari, angkat bicara. “Gak bisa ditunda dulu sampai acara ini selesai?”, tambahnya.

“La minta maaf untuk hal ini. Keberangkatan gak bisa ditunda. Tiket pun udah dipesan. Lagipula ini permintaan orang tua. Bagaimana mungkin La tolak? Mohon pengertiannya”, jawabku.

“Berat juga ngasih izinnya nih. Secara (kata ini populer dipakai dalam kalimat apapun) waktu acara, kabid dan wakabid KESMA gak ada di tempat." Dia terdiam dan berpikir. Tak lama kemudian, "Ya sudah kalau begitu. Apa boleh buat. Insya Allah semua pihak siap membantu menyukseskan acara ini. Semoga perjalanan nanti lancar. Asalkan jangan lupa oleh-olehnya, hehe...”, kata Gubernur. Semua mengamini terutama di bagian penyebutan “oleh-oleh” (Dasar kalian.. fufu...)

“Amiin.. makasih untuk doa dan pengertiannya. Insya Allah oleh-olehnya dibawa pulang, tapi gak janji ya.. hehe..”, tambahku.

“Gak boleh. Pokoknya harus bawa..”, celetuk salah seorang pengurus.

“Yaya.. harus bawa pulang. Kalau gak kami gak bantu.”, sahut yang lain.

“Jeeh.. kalian ini pamrih sangat (melayu mode-on). Kalau bantunya ikhlas kan dapat pahala. Masa’ mau bantu pake embel-embel? Ckckck..”, jawabku ringan.

“Gak eee kak... canda. Tetep bantu kok, tapi kalau ada oleh-oleh lebih semangat! Hihi..”, sahut lagi yang lain. Semua tertawa.

“Ya deh... Insya Allah diusahakan. Sekali lagi terimakasih untuk pengertiannya.”, jawabku tulus.

Lalu rapat dilanjutkan hingga semua proker masing-masing bidang selesai dibahas.

(September 2008)

Masa-masa sibuk mengurus pernak-pernik semester baru perkuliahan dan penerimaan mahasiswa baru 2009.

  • Agenda tetap : Silaturahmi Mahasiswa Baru dengan Mahasiswa Lama.
  • Pelaksana : Semua HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan), UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), dan PEMAF bekerja sama.
  • Tempat : Lingkungan MIPA

Tahun ini ketua panitia dijabat oleh dosen. Bulan Ramadhan. Menarik, kan? Kegiatan diagendakan secara rapi. Rapat singkat namun padat digelar beberapa hari. Semua civitas akademika terlibat. Bagusnya, link-ku meluas dan berkesempatan untuk bekerja sama dengan orang yang usianya terpaut jauh denganku. Pak Ilham Maulana. Ketua panitia yang bijak dan baik hati. Terima kasih untuk semua nasehatnya, Pak.

Ah ya, kesan itu tercipta saat berkunjung ke rumah beliau beberapa kali. Rumah yang sederhana namun hangat. Istri yang ramah, cerdas, dan 3 orang anak yang lucu serta cerdas juga. Kebahagiaan yang sempurna.

Minusnya, ada satu hari dimana emosiku tidak bisa ditahan saat menghadapi peserta yang sungguh tidak menghargai panitia dan tidak disiplin. Marah, hal yang paling kuhindari dan kubenci. Bukan berupa teriakan atau bentakan, tidak. Aku hanya bertanya, tetapi dengan nada yang naik dua oktaf dan muka yang masam. Buruk sekali. Nafsu mengalahkan akal. Sisa hari itu kulalui tanpa semangat. Tahu kenapa? Karena merasa sangat merugi sudah melakukan hal yang kubenci di Bulan Ramadhan. Puncaknya, aku duduk di lantai ruangan yang digunakan untuk kegiatan silaturahmi tersebut. Menangis. Mau tahu kenapa? Karena selesai marah, aku pasti menangis untuk mengeluarkan emosi berlebih yang terakumulasi di otak. Awalnya hanya beberapa bulir yang jatuh, selanjutnya berubah menjadi isakan tertahan.

Azan ashar menggema. Marilah menghadap-Nya sejenak. Mencuci dosa. Rehat hati dan pikiran. Aku pergi begitu saja tanpa mengajak yang lain. Panitia yang lain merasa heran. Biasanya aku yang paling cerewet mengingatkan mereka untuk shalat. Ah, mereka tidak menyadari tangisanku. Hanya beberapa yang tahu dan memilih diam.

Kutumpahkan segala perasaanku pada-Nya. Mencari kesejukan di naungan-Nya. Pada kelembutan kasih-Nya. Seraya berharap, semoga saat aku sampai di tanah suci, sifat ini dapat kukendalikan dengan lebih baik.

Ajaib. Setelah itu aku mampu menyelesaikan pekerjaan di ruangan tadi dengan senyuman seolah tidak terjadi apa-apa. Benarlah sabda Rasulullah saw. : “Dijadikan permata hatiku ada di dalam shalat.”. (kalau salah tolong dikoreksi ya.. ^-^)



(Oktober 2008)

“Labbaikkallahumma labbaik.. Labbaikala syariikala kalabbaiik...Innal hamda..Wanni’mata lakawalmuk.. Laa syariikalak..” Lantunan talbiyah mulai terdengar di iklan-iklan TV. Siluet gambar Ka’bah, Mesjid Nabawi, Bandara Jeddah, jutaan jamaah haji yang sedang tawaf, Mina, semuanya mulai ditayangkan. Apalagi di stasiun Jazirah Arab. Masya Allah... getaran semangat dan keharuan terasa sampai ke hati ini.

“Ya Allah, Engkau belum berkehendak membawaku ke rumah-Mu tahun ini. Benarlah, manusia hanya bisa berencana. Namun pada akhirnya, hanya skenarioMu yang mutlak berjalan. Akankah umurku cukup hingga aku sampai kesana Ya Rabb? Sempatkah kaki ini menginjak tanah suciMu? Ridhakah Engkau padaku atas semua itu?”, isakku saat melihat siluet gambar-gambar itu.

Bersambung...

2 comments:

Anonymous said...

ditunggu kelanjutannya

:)

Humaira Meirina said...

shafira : ^___^ makasih ya

Post a Comment

 
Copyright 2009 Sepenggal Episode Kehidupan. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator