Saturday, September 4, 2010

THE TRULY OF “PULANG KAMPUNG”

Pulang kampung? Hmm..mahasiswa banget nih! Tul gak?? Apalagi kalo udah dekat lebaran atau tanggal merah di kalender yang ditunggu-tunggu penampakannya (emang hantu? hii..) walaupun cuma 3 hari, tapi tetep bela-belain pulang. Gak peduli kalo ntar badan pegel-pegel karena maksa pulang, padahal jalan ke rumah tercinta harus ditempuh dengan bus umum 6 jam, nyambung naek angkot 2 jam, ditambah duduk di belakang abang jasa motor 1 jam, trus terakhir bertapak 2 km dari ujung jalan ke rumah karena gak bisa dilewati sama motor (perjuangan banget ni!). Namun, niat pulkam (pulang kampung) gak tergoyahkan. Hmm...ni baru perjuangan di dunia, gimana nanti saat kita semua pulang ke kampung yang sebenarnya ya??

Negeri Akhirat itu Pasti Adanya

Wah..ngomongin akhirat ni. “Kami kan masih muda, ntar aja deh kalo udah tua, kan masih lama!”. Kabuur..hehe..jangan yak! Simak atuh, gak bakal nyesel deh ^-^

Ada yang tau gak pada usia berapa Izrail nemuin kita? Atau ada yang tau gak, dimana kita akan mati? Minta ‘tuk dimundurin jadwal pencabutan nyawa, emang bisa?? Yup, jawabannya TIDAK TAHU. Karena itu semua adalah hal yang gaib. Dan sebagai muslim, kita kudu beriman akan adanya hal-hal itu, karena Allah berfirman :

“Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan mengifakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, dan mereka yang yang beriman kepada (Alquran) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat.” (Al-Baqarah : 2-4)

Akhirat sebagai tempat tujuan akhir dari perjalanan panjang di dunia, tempat tinggal kita yang abadi adalah negeri yang kita rindukan selama ini. Negeri yang disanalah terdapat kampung kita yang sebenarnya. Dunia ini sobat, nggak ubahnya seperti toko, grosir, warteg, dsb. yang kita singgahi sebentar di tengah perjalanan menuju ke kampung halaman. Kita hanya membeli barang yang dibutuhkan, misalnya makanan ringan untuk melepas lapar, obat Antimo supaya gak mual, pom bensin untuk mengisi bahan bakar kendaraan, dan lain-lain, agar perjalanan menjadi nyaman dan demi satu tujuan, rumah tercinta! Di dunia, Allah menugaskan kita untuk bercocok tanam “amal baik” di tanah “dunia” yang telah Allah sediakan, untuk kemudian diambil hasilnya dan dibawa pulang sebagai bekal di tengah perjalanan supaya kita sampai dengan selamat.

Bayangin deh, seorang musafir di padang pasir yang hanya membawa 1 ekor unta lengkap dengan barang bawaan sebagai bekal, lalu di tengah jalan dihadang oleh perampok gurun sehingga semua barangnya habis dirampas dan musafir itu ditinggalkan gitu aja tanpa bekal sedikitpun, walau hanya seteguk air! Jangankan sampai ke tujuan, mungkin udah jadi tulang-belulang duluan! Na’udzubillahi min dzalik. Makanya sobat, ayo siapin bekal sebanyak-banyaknya hasil cocok tanam yang kita lakukan agar siap menempuh perjalanan panjang yang sulit ini. Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita panen. Buruk yang ditanam, buruk pula hasilnya, gitu juga sebaliknya. Tapi dipikir-pikir, emang ada orang yang mau nyiapin bekal roti berjamur misalnya, untuk menuntaskan rasa lapar selama perjalanan??

Kampung Asal Bernama Syurga

Inget gak kisah waktu Nabi Adam as. diturunkan ke bumi bersama Siti Hawa yang tertera di dalam Alquran? Setelah sampai di bumi, Nabi Adam dipisahkan dengan Siti Hawa selama 200 tahun. Lalu keduanya bertemu di Jabal Rahmah (bukit kasih sayang) yang sampai sekarang menjadi tujuan ziarah jutaan para jama’ah haji. Di puncak bukit tempat pertemuan mengharukan itu kemudian didirikan sebuah tugu berwarna putih sebagai pengingat bagi kita semua bahwa kakek-nenek moyang kita pernah dikeluarkan dari kampung asal — syurga — dan berjuang menapaki jalan penuh kerikil dan onak duri untuk kembali pulang, karena memang syurga lah tempat kita berasal. Nah, sekarang tanya deh sama hati kecil kita, karena bisikan hati terdalam tidak pernah berdusta. “Mau balik ke syurga gak? Itu kampung asal lho..” Pasti jawabannya, “Mauuuuuu. Itu kan kampungku..Aku harus berjuang agar bisa kembali kesana!”.


Sobatku yang dirahmati Allah...

Itulah fitrah manusia. Jadi....ayo deh berhenti sejenak untuk melihat sejauh mana persiapan yang udah kita lakukan. Renungi, udah bener blom arah jalan yang kita tuju? Apakah rambu-rambu penunjuk jalan “Alquran dan Hadis Rasulullah” udah kita ikutin? Trus, bahan bakar “amal shaleh” dah diisi blom ke kendaraan “iman”? Kalau belum, buruaaaaaan...gak ada kata terlambat untuk sebuah kebaikan. Kapan lagi sih kita akan memulainya kalau bukan saat ini juga? Apalagi yang ditunggu?? Mau menunggu hingga rambut memutih, badan membungkuk, langkah kaki gemetaran? Sedangkan Islam menghendaki masa mudamu (masa produktif), bukan masa tuamu. Atau menunggu datangnya ajal baru mengucap kata taubat, sedangkan saat nyawa tlah sampai di kerongkongan, taubat tidak lagi diterima? Apakah kisah para istri Rasulullah saw yang disuruh memilih antara kenikmatan dunia dengan akhirat tak mampu membuka mata hati yang tertutup? Atau kisah orang-orang terdahulu yang ditimpa azab yang sangat keras karena mengingkari firman-Nya tak bisa menyentuh dasar hati kita? Atau gambaran syurga dengan segala kenikmatannya tak lagi dapat membangkitkan kerinduan melihat wajah-Nya?? Lalu apa yang ingin kita lakukan, menghabiskan waktu yang semakin sedikit ini untuk bersantai-santai, padahal syurga bukanlah sesuatu yang Allah hadiahkan begitu saja!


Jangan Lupa Jalan Pulang

Tulisan ini kuhadiahkan untukmu saudara-saudaraku sebagai salah satu bukti cintaku padamu. Sebentuk cinta seorang muslim kepada saudara-saudara muslimnya yang lain. Rasulullah bersabda :
“ Tidaklah sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”.

Mari bercermin kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq ra., sahabat sejati Rasulullah saw yang rela kakinya dipatuk ular untuk melindungi Rasul saat mereka berlindung di dalam gua dari kejaran kaum musyrikin Mekah. Kepada Umar bin Khatab ra. yang selalu menangis kala teringat perbuatan beliau mengubur hidup-hidup anak perempuannya yang masih kecil semasa jahiliyah dulu, hingga aliran air matanya berbekas hitam di kedua pipinya. Kepada Usman bin Affan ra. yang sangat pemalu, malu melakukan dosa, malu bermaksiat kepada Allah hingga malaikat pun merasa malu kepadanya. Kepada Bilal bin Rabah, seorang budak hitam tapi menjadi muazin kesayangan Rasulullah, yang bunyi sandalnya di syurga terdengar oleh Rasul dalam mimpi karena tidak pernah meninggalkan shalat sunat setelah wudhu, serta komitmennya memeluk Islam walau ditindih batu besar pada siang hari yang sangat terik. Disaat tersiksa begitu pun, masih keluar kalimat agung dari mulutnya, “Ahad...Ahad..(Esa...Esa..)”, teguh memegang keyakinan Allah lah satu-satunya Tuhanku.

Bila suatu waktu kita meniti jalan yang salah, segeralah kembali. Fitrah bila seorang manusia berbuat khilaf, terjebak dosa, sebab kebodohan. Tapi lantas jangan jadikan dosa itu sebagai sesuatu yang membuat kita berputus asa dari rahmat-Nya. Dosa dan kebodohan bisa menjadi jalan yang mendekatkan kita kepada Yang Maha Penyayang. Dengan dosa, seseorang kembali teringat Tuhannya sehingga berusaha untuk bertaubat dan terus melakukan hal-hal yang disukai-Nya hingga Allah mencintai-Nya.

Seorang hamba di antara hamba-hamba-Ku, yang mencari kedekatan dengan-Ku melalui amal yang Aku wajibkan atasnya, maka ia sungguh-sungguh menjadi dekat kepada-Ku melalui amal shaleh yang ikhlas sampai Aku mencintainya. Bila Aku sudah mencintai-Nya, Aku menjadi telinganya yang dengannya ia mendengar; dan menjadi matanya yang dengannya ia melihat; dan menjadi lidahnya yang dengannya ia berbicara; dan menjadi tangannya yang dengannya ia memukul. Bila dia menyeru-Ku, Aku menjawab; dan bila dia meminta dari-Ku sesuatu, Aku memberinya.


Sadar dengan kebodohannya, dia berusaha belajar, mencari ilmu, menerapkannya dalam aktivitas sehari-hari hingga Allah meninggikan derajatnya karena ilmu yang dimilikinya dan amalan yang dilakukan dengan kesadaran penuh, bukan dengan hati yang lalai!

Ampunan-Nya begitu luas, kasih sayang-Nya melebihi kasih seorang Ibu, karunia Allah tidak pernah dicabut walaupun maksiat tidak berhenti kita perbuat. “Maka, nikmat-Nya yang manakah yang akan kau dustakan?”.

Sobatku yang disayangi Allah, maka dari itu jangan lupa jalan pulang ke kampung asal kita. Jangan pernah lupa. Syurga, tempat nanti dimana kita akan berkumpul sambil duduk berhadap-hadapan dan bernostalgia saat-saat hidup di dunia, tempat dimana kita dapat melihat wajah-Nya yang Maha Indah, yang tiada kenikmatan yang lebih dari itu.

Mari kita berjuang menapaki jalan penuh kerikil dan duri yang tajam ini, mari melangkah bersama, pegang tanganku dan berjanjilah untuk tidak pernah menyerah. Semoga Allah menaungi kita dengan mahabbah-Nya di dunia dan di hari dimana tiada naungan selain naungan-Nya. Amiin..

Allahummasyhad....Allahummasyhad...Allahummasyhad..


Salsabila Ahdhar
12 September 2009
Alunan cinta yang tak pernah berhenti

No comments:

Post a Comment

 
Copyright 2009 Sepenggal Episode Kehidupan. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator