Sunday, May 2, 2010

Perbanyaklah Minum Air, atau.....

Tidak kurang dari 80% tubuh manusia terdiri dari air. Bahkan beberapa bagian tubuh manusia ada yang memiliki kadar air diatas 80%. Otak dan darah adalah dua organ penting dengan kadar air melebihi 80%. Otak memiliki komponen air sebanyak 90%, sementara darah memiliki komponen air 95%.

Manusia normal disarankan mengkonsumsi air sedikitnya 8 gelas atau 2 liter perhari. Jumlah tersebut masih harus ditambah bila anda seorang perokok. Air sebanyak 2 liter itu diperlukan untuk mengganti setiap cairan yang keluar dari tubuh manusia lewat air seni, keringat, pernapasan, dan sekresi.

Meminum air sebanyak 2 liter atau 8 gelas sehari nampak sebagai pekerjaan 'sepele'. Namun seringkali sikap menggampangkan itu yang kemudian menyebabkan kita lalai memenuhi kebutuhan tubuh akan air. Tentu Anda tidak akan pernah membayangkan kengerian yang terjadi jika tubuh sering kekurangan air.

Jika air yang kita konsumsi kurang dari jumlah yang disarankan diatas, tentu tubuh akan menyeimbangkan diri dengan jalan 'menyedot' air dari komponen tubuh yang lain yang merupakan sumber air yang terdekat, darah.
Darah yang disedot airnya, akan menjadi kental. Akibat pengentalan darah ini, makaperjalanannya ke seluruh tubuh akan kurang lancar jika dibandingkan dengan darah yang encer. Saat melewati ginjal (tempat menyaring racun dari darah), ginjal akan bekerja extra keras dalam menyaring darah. Dan karena saringan dalam ginjal begitu halus, tidak jarang darah yang kental-karena komponen airnya tersedot- bisa menyebabkan perobekan pada glomerulus ginjal. Akibatnya, air seni akan berwarna kemerahan, tanda mulai bocornya saringan ginjal.

Bila dibiarkan terus menerus, mungkin suatu saat anda harus menghabiskan biaya sebesar empat ratus ribu rupiah perminggu untuk cuci darah.

Selain itu, saat darah yang kental itu mengalir lewat otak, perjalanannya agak terhambat. Akibatnya, otak pun tidak lagi "encer". Dan karena sel-sel otak adalah yang paling boros dalam mengkonsumsi makanan dan oksigen, lambatnya aliran darah ini bisa menyebabkan sel-sel otak cepat mati atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Bila kondisi ini masih harus ditambah dengan penyakit jantung (fungsi jantung sebagai pemompa darah akan bertambah berat bila darah mengental), maka serangan stroke bisa lebih cepat datang.

Jadi, mulailah banyak minum air. (bay/dari beberapa sumber)
Read More......

Jangan Biarkan Dirimu Hancur

Suatu ketika, ada seorang sahabat memulai kotbahnya dengan mengeluarkan selembar uang seratus ribu yang baru. Kemudian dia bertanya “Siapa di antara kamu yang mau uang ini, jika diberikan ikhlas padamu?” Langsung saja yang mengangkat tangan banyak sekali.

Katanya lagi ” Ya, ini akan saya berikan, tapi sebelumnya biar saya melakukan hal ini”. Sahabat tersebut meremas uang kertas seratus ribu itu, menjadi gulungan kecil yang kumal.

Kemudian dia buka lagi ke bentuk semula : lembaran seratus ribu, tapi sudah kumal sekali. Lalu dia bertanya ” Siapa yang masih mau uang ini?” Tetap saja banyak yang angkat tangan, sebanyak yang tadi.

“Oke, akan saya kasih, tapi biarkan saya melakukan hal ini”. Dia menjatuhkan lembaran uang itu ke lantai, terus diinjak-injak pakai sepatunya yang habis berjalan di tanah becek sampai nggak karuan bentuknya. Dia tanya lagi” siapa yang masih mau?” Tangan-tangan masih saja terangkat. Masih sebanyak tadi.
“Nah, sahabatku, sebenarnya aku dan kau sudah mengambil satu nilai yang sangat berharga dari peristiwa tadi. Kita semua masih mau uang ini walau bentuknya sudah nggak karuan lagi. Sudah jelek, kotor, kumal… tapi nilainya nggak berkurang: tetap seratus ribu rupiah.

Sama seperti kita. Walau kau tengah jatuh, tertimpa tangga pula… tengah sakit, tengah hancur pula, atau kau gagal, nggak berdaya, terhimpit, dan merasa terhina, kecewa dan terkhianati, atau dalam keadaan apapun, kau tetap nggak kehilangan nilaimu… karena kau begitu berharga. Jangan biarkan kekecewaan, perasaan, ketakutan, sakit hati, menghancurkan kamu, harapanmu, atau cita-citamu.”

“Kamu akan selalu tetap berharga, bagi dirimu, bagi diriku, bagi sahabatmu, bagi sahabat yang lain dan kau tetap sama dimata Tuhanmu. Dia, Tuhanmu, akan berlari mendekatimu, jika kau berjalan menuju-Nya. Aku pun sahabatmu akan melakukan hal yang sama, karena fithrah setiap diri kita akan mulia jika mencoba mendekati sifat2 Tuhan kita. Disanalah nilai dirimu berada.”
Read More......

Perjalanan Ruhani Seorang Mualaf

Ini adalah kisah nyata seorang siswa SMAN 1 LSM. Dia yang menulis sendiri untuk Ela karena permintaan Ela untuk berbagi pengalaman. Sekarang dia telah menjadi mahasiswa di FK Unsyiah. Mudah-mudahan dapat menjadi ibrah bagi kita semua…

Saya bernama Hendra. Itu nama saya sebelum memeluk agama islam. Agama saya yang dulu adalah Budha. Saya mulai meyakini islam pada waktu saya duduk di kelas 3 SLTP. Pada saat itu banyak teman saya yang menceritakan tentang kemegahan islam. Misalnya buku tentang Nabi-Nabi, turunnya AlQuran, dan logika islam. Seseudah saya membaca buku-buku tersebut, timbul rasa damai dan tenang di hati. Timbul juga rasa penasaran bagaimana perjalanan islam selanjutnya.

Keyakinan terhadap islam timbul pertama kali saat saya mendengarkan ceramah dari seorang ustad dan kawan-kawan. Saya membandingkannya dengan agama saya yang dulu. Dari situlah timbul rasa kepercayaan pada islam itu sendiri. Saya pernah menanyakan bagaimana gerak shalat dan bacaannya kepada teman saya. Sebelum saya benar-benar masuk Islam, terlebih dahulu saya sempurnakan gerakan dan bacaan ayat dalam shalat.

Akhirnya, pada tanggal 14 Oktober 2004, saya tetapkan hati untuk memeluk agama islam. walaupun saat itu, saya telah tahu akibat dari tindakan yang saya ambil. Dan saya membutuhkan waktu kira-kira 3 bulan untuk mengambil keputusan ini. Proses saya untuk memeluk agama islam dibantu oleh T. Wan yang berpaham Syi’ah. Saya mengucapkan dua kalimat syahadat di Mesjid Cunda. Setelah itu, saya dipeusijuek. Saya juga diberi nama baru yaitu Muhammad Al Mahdi Fathir. Dengan diri saya sekarang yang telah menjadi muslim, saya telah mengetahui tujuan hidup manusia yang sebenarnya.

Saya pernah memberitahukan kepada orang tua saya bagaimana islam tersebut. Pertama kali saya beritahu, orang tua saya menampakkan ketidaksetujuannya terhadap islam. Kedua kalinya, orang tua perempuan saya mulai menampakkan penerimaan secara akal sehat terhadap islam. Saya pun pernah berdebat dengan kakak saya tentang islam dan dengan orang tua perempuan. Saya berkata, “Tuhan menciptakan alam beserta seluruh isinya, mungkinkah Tuhan menjadi isi bumi tsb. Biarpun di bumi ini seorang yang berakhlak mulia, tetap saja kita tidak bisa menyebutnya sebagai Tuhan. Hanya mungkin kita bisa mencontoh sikap dan perilakunya yang baik.”

Dan kenapa manusia di dunia ini banyak yang melakukan perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan, karena ganjaran yang akan mereka dapatkan tidak langsung mereka terima di dunia.
Tetapi suatu saat nantilah perbuatan mereka akan ditanya. Maka dari itulah manusia berperilaku demikian. Dari sinilah keyakinan saya terhadap islam.

Terimakasih Bang Fathir untuk kesediaannya berbagi. Sekalian penuhi janji waktu SMA (udah lunas ya ^_^). Semoga hidayahNya terus melekat di hatimu sampai akhir nafas.
Read More......

Tak Perlu Mengeluh Dengan Masalah

Masalah adalah indikator kehidupan. Selama kita hidup, masalah akan senantiasa membayangi. Jika kita mampu ‘mengenali’ bahwa suatu masalah adalah masalah, itu sudah merupakan berkah tersendiri.

Menurut suatu laporan medis, 1 dari 400.000 bayi yang lahir setiap tahun akan menjalani kehidupan yang kurang menguntungkan. Mereka akan sering melukai diri sendiri, kadang bisa sangat parah dan tanpa menyadarinya.

Anak-anak semacam itu mengidap penyakit keturunan yang disebut Familial Dysautonomia. Mereka tidak mampu merasakan sakit/nyeri. Anak-anak semacam ini bisa bermain-main mengiris tubuhnya sendiri, memegang setrika panas, jatuh dan patah tulang, tanpa pernah menyadari bahwa itu semua tidak semestinya mereka lakukan. Mereka tidak akan mengeluh sakit tenggorokan atau sakit perut sehingga orang tua mereka tidak akan tahu bahwa mereka sedang terkena penyakit, sampai segalanya terlambat.
Adakah di antara kita yang mau hidup seperti itu, tanpa rasa sakit? Memang, rasa sakit itu tidak mengenakkan, tetapi itu adalah bagian penting jika kita hidup.

Suatu kali, sang guru bertanya kepada murid-muridnya, “Siapa yang mau hidup tanpa masalah?” Semua murid tanpa ragu-ragu mengangkat tangan.
Sang guru melanjutkan bahwa setiap hari dalam perjalanan ke tempat kerja dia melewati sebuah tempat di mana orang-orang yang tinggal di sana tidak punya masalah sama sekali. Sang Guru kembali bertanya, “Apakah ada di antara kalian yang mau bergabung dengan orang-orang bebas masalah ini?”

Para murid berpikir bahwa guru mereka sedang bergurau, namun sang guru meyakinkan mereka lagi, “Orang-orang ini tidak pernah bermasalah dengan berita di koran, tidak ada masalah pekerjaan, pernikahan, makanan, dan jelas sudah bebas finansial lho!”

Ketika para murid menjadi makin penasaran, sang guru menyelentuk, “Tempat itu adalah pekuburan dan orang-orang di sana sudah almarhum semua….”

Masalah adalah indikator kehidupan. Selama kita hidup, masalah akan senantiasa membayangi. Jika kita mampu ‘mengenali’ bahwa suatu masalah adalah masalah, itu sudah merupakan berkah tersendiri.

Kalau kita kaji lebih dalam, masalah menawarkan ‘kesempatan’ bagi kita untuk memecahkannya. Orang yang berada di puncak adalah orang yang mampu memecahkan masalah. Apa yang selama ini terjadi jika kita mampu mengatasi masalah yang tidak dapat diatasi oleh orang lain?

Ada kalanya, suatu masalah mungkin saja betul-betul getir. Memang.. tidak semua ‘obat yang manjur’ manis bukan?

Be Happy!

Sumber : Enerlife
Read More......
 
Copyright 2009 Sepenggal Episode Kehidupan. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator