Thursday, October 7, 2010

Terimakasih, Sampai Jumpa

Terimakasih karena telah bertanya, “Apa kau belum menemukannya?”. Dan aku hanya bisa menjawab dengan gelengan sembari tersenyum. Apa lagi jawaban yang mampu aku rangkai?

Kau menawarkan ini dan itu untuk membantuku mewujudkan mimpiku. Yah, aku tak terlihat olehmu. Walaupun di dasar samudera tempatku menyimpan kotak-kotak rahasiaku, ada satu kotak milikmu yang aku tata dengan rapi, bertahun-tahun. Tentu saja kau tidak tau itu. Tak perlu.

Walaupun ada denyut kesakitan yang timbul dan tenggelam tiap kali kau bercerita dengan wajah yang sumringah dan mata yang bersinar ceria tentang dia. Dia yang telah ada sebelum aku jauh mengenalmu. Ah, rasanya tak pantas aku menyela di antara kalian. Seperti tak ada orang lain saja yang bisa menaklukkan “samudera”ku. Begitulah aku menghibur diri.

Kau tidak tahu atau pura-pura tidak tahu atau sama sekali tidak peduli karena pikiranmu dipenuhi oleh dia. Walaupun sekarang,

setiap kali aku duduk melihat kerlap-kerlip cahaya pada selimut hitam di atas sana yang dibentang setelah rona kuning dan jingga mengalah dan letih untuk menyapa, bulir bening setia menganak hingga aku tertidur di peraduanku.

Biasanya aku tidak begini. Sentimetil dan rapuh. Namun, entah mengapa, kian hari pertahananku kian lemah, setiap kali aku tahu kau akan pergi jauh dan aku tak bisa mengikutimu. Sekali saja, aku ingin bertanya, “Apakah pandanganmu yang lekat kau tujukan padaku saat pertama kali aku melihatmu di taman itu, tidak berarti apa-apa?”.

Juga, apakah kau tahu? Aku baru menyadari sedemikian kejamnya kau taklukkan “samudera”ku, sekarang, setelah dedaunan yang mati bereinkarnasi dalam bentuk yang sama. Kejam yang mengasyikkan. Aku akui itu.

Tidak, tidak, kau tak perlu cemas atau merasa kasihan. Aku tidak akan membiarkan diriku tenggelam dalam “samudera” ku sendiri. Aku tahu harus bagaimana. Kau, pergilah kemanapun kehendakmu. Dan biarkan aku bertapak di jalanku. Bila Tuhan melukiskan jalanku sama denganmu, walau berliku-liku, pasti akan bertemu. Aku yakin.

Aah, kau masih bertanya “bila tidak”. Aku akan berdoa untukmu dengan keseluruhan hatiku. Semoga bahagia selalu mengikutimu di dunia ini dan tentu saja di akhirat kelak. Percayakah kau?

Izinkan aku berkata kepadamu untuk yang terakhir dalam masaku yang mellow ini, aku mengabadikannya saat menit-menit tenggelamnya senja yang melingkupi Aisya, Anis, dan Daniel.


Beburung berzikir di sangkar Raudhah

Menyambut azan di tabir senja
Insan berkasih karena Allah
Bertemu, berpisah, karena cintaNya...


“Segala puji untukMu, Cintaku. Aku melihatnya, Sang Pelangi selepas gerimis”.
7 Oktober 2010


5 comments:

Solitude said...

I look forward to reading the next one, Ela.. :-)

Humaira Meirina said...

Hehe..

Thanks a lot, hun. I will post it more. Insha Allah. Have a look here as often as possible, yoo.. ^__^

Nova Miladyarti said...

iya ela, nova suka banget sama tulisa ela^^

Humaira Meirina said...

nova : o^____^o alhamdulillah... makasih ya va. La juga suka sama tulisan nova. Apa adanya dan menarik. Keep writing ya say p^___^q

crypto phone support said...

Unable to utilize Binance on new device
Are unable to use Binance on your new device due to verification problem? Are you being daunted by the fact that you might be unable to back up your previous data? Are you worried that all your previous data will disappear? If yes then dial Binance support number to find proper solution to this problem. The elite professionals at Binance give solutions in a very short time so that you can be back on track to trade smoothly again.

More Info:- https://www.cryptophonesupport.com/exchange/binance/

Post a Comment

 
Copyright 2009 Sepenggal Episode Kehidupan. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator